Cinta adalah anugrah yang kuasa
Cinta emang datangnya tiba-tiba. Siapa yang sangka bakal kedatangan tamu cinta?? Semua orang pasti tidak akan mengira, apalagi yang datang adalah cinta sejati. Memang sebagian orang tidak percaya akan adanya cinta sejati. But, who know??? Bahkan orang yang tidak percaya sekalipun dapat merasakannya juga. Walaupun tidak sedikit yang merasa kecewa. Namun ada juga banyak kisah yang berakhir dengan bahagia. Karena tidak selamanya kau akan kecewa oleh cinta.
J
Aurora, gadis yang sangat percaya akan adanya cinta sejati. Bahkan ia percaya bahwa suatu saat nanti, pangerannya akan datang untuk menjemputnya dan membawanya ke istana yang sangat megah dan hidup bahagia untuk selama-lamanya.
“Mau pesen apa?” Tanya pelayan pada Aurora yang sedari tengah asik melamun dan bukannya memesan.
Aurora mendengar nadanya dengan seksama. Mirip dengan tokoh komik yang sering ia baca. Sosok cowok yang cool, namun perhatian. Aurora pun memandang ke pelayan yang baru saja menanyainya. Sesaat Aurora tertegun, “Pas banget.” Batin Aurora dalam hati.
“Sory, ya. Kalo Cuma mau numpang duduk bukan disini tempatnya.” Ucap pelayan tersebut untuk mengingatkan Aurora.
Seolah tersentak, Aurora terbangun dari lamunannya. “oh, sory, ya.” Ucap Aurora. “Gue pesen cappucino ice, ya.” Jawab Aurora dengan mantab, karena itu adalah minuman kesukaan Aurora.
“Ok, ada yang lain?” tanya pelayan tersebut, lalu pergi setelah Aurora menggeleng.
“Hmn, mirip banget sama tokoh komik jepang gue.” Batin Aurora dalam hati. “Postur tubujnya juga gue suka. Mandiri dan gak banyak tingkah.” Tambahnya lagi sambil memperhatikan pelayan tadi yang juga tengah melayani konsumen lain.
“Dia itu pelayan favorit disini.” Ucap pelayan lain yang membawakan pesanan Aurora.
“Oh, ya,,,” ucap Aurora seraya tersenyum. “kira-kira udah punya cewek belom, ya.” Tanya nya pada pelayan itu.
Si pelayannya malah Cuma angkat bahu.
Aurora terus menikmati cappucino sambil memandangi pelayan tadi dengan seksama. Dan gak terasa ini udah malam, dan kafe tersebut mau tutup. Jadi ia menunggu pelayan tadi di luar.
Sementara itu.
“Itu siapa lo, Ot???” tanya rekan sekerjanya. “Pacar lo? Kasian amat dari tadi nungguin lo tu.” Tambahnya sambil memperhatikan Aurora yang tengah duduk di depan Cafe.
“Gue aja gak tau siapa tu cewek.” Jawab Otniel dengan cuek.
“hmn, yaudah la. Gue balik duluan, ya.” Pamit rekan-rekannya dan meninggalkan Otniel.
Otniel pun keluar dari Cafe setelah menutup pintu cafe dan memastikan bahwa tidak ada satu pintu ataupun jendela yang tak terkunci.
Ia menghampiri Aurora, dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya. Semuanya tersa pas ia pakai. Tak ada yang ganjil sedikit pun, meskipun ia hanya memakai celana jins yang telah usang dan juga T-shirt nya yang pas di badannya.
Aurora langsung bangkit begitu melihat Otniel yang tengah berjalan ke arahnya. Dengan perasaan yang tak keruan, Aurora pun jadi sedikit salah tingkah. ,elihatnya saja sudah membuatnya meleleh gini, apalagi kalo deket.
“hai...” sapa Aurora memberanikan diri saat Otniel benar-benar berada di depannya.
Otniel masih tetap cuek dan tangan yang tetap berada di saku. “ngapain si lo masih disini?” tanya Otniel. “Lo suka ama gue?” tanya Otniel yang langsung to the point orangnya.
Waahh,,, aku banget. Batin Aurora. “iya, gue emang suka sama lo, boleh gak kalo kita saling kenal.” Jawab Aurora tanpa malu-malu dan terus terang.
“gue gak berminat sama cewek manja yang kerjanya cuma jalan kesana-sini, sok kecentilan dimana-mana, dan terutama gue gak suka sama lo.” Jawab Otniel dengan pedas. Dan berharap agar Aurora langsung pergi.
Namun bukannya malah mundur, Aurora dengan berani menatap Otniel dan berkata “Kalo gitu gue bakal ngerubah sifat gue yang manja, tapi gue bukan cewek kecentilan yang suka tebar pesona kemana-mana, yaa,,,” ucap Aurora dengan sangat jelas.
Dan bertolak belakang dengan apa yang Otniel pikirkan, ia pikir cewek itu bakalan pergi setelah ia berkata kasar, malah ,,,
“Dan gue juga gak suka sama cewek yang masih bergantung hidup sama orangtuanya. Karena itu bakal nyusahin.” Tambah Otniel
“Ok, gue bakal kerja sambilan di cafe tempat lo kerja.” Ucap Aurora tanpa pikir panjang dan dengan nada mantab. Namun siapa ynng mendengar pernyataan Airora pasti akan tertawa, karena Aurora tidak akan sanggup karena ia terbiasa dilayani, bukan melayani. Ia mempekerjakan orang lain, bukan menjadi pekerja. Apalagi si sebuah cafe.
“Lo masih gak ngerti juga, ya. Gue itu nolak lo secara gak langsung.” Ucap Otniel yang tidak menyangka dengan jawaban Aurora. Otniel pun pergi meninggal kan Aurora.
Namun Aurora memutuskan untuk mengikuti Otniel..
Tentu saja Otniel merasa risih diikuti oleh Aurora. Dan karena ia kesall,,, Otniel langsung menarik tangan Aurora dan menyudutkan tubuh Aurora ke tombok gang yang sedikit sempit. Otniel merapatkan tubuhnya pada Aurora. Dan menatapnya dengan tajam.
Nafas Aurora tercekat ditenggorokannya. Ia menatap Otniel dengan sedikit takut, namun ia putuskan untuk percaya pada Otniel, bahwa ia tak akan berani melakukan hal-hal yang dapat melukai Aurora.
“mau lo apa si?” tanya Otniel dengan penekanan nada yang sangat pas. Ia terus mencengkram lengan Aurora. “apa lo butuh belaian seorang cowok???” tanya Otniel sambil menempelkan jari telunjuk kanannya ke wajah Aurora, dan wajah Otniel yang makin mendekat. Cewek mana yang gak bakal ketakutan jika berada di posisi Aurora.
Aurora juga sudah mulai ketakutan. Entah apa yang akan dilakukan Otniel, who know,,,???
Denganperlahan Aurora menngeleng dengan ketakutan, dan air matanya selah ada di pelupuk matanya. Dan siap akanmeluncur turun. “Please,,, jangan apa-apain gue.” Pinta Aurora dengan suara bergetar.
“apa lo yakin, lo gak butuh gue?” tanya Otniel sambil mengusapkan pipinya ke pipi Aurora dengan sangat lembut dan penuh perasaan. Tak hanya itu, Otniel pun mulai memegang rambutnya dan mencium wangi rambut Aurora.
“Please, gue mohom, Otniell...” pinta Aurora dengan suara yang benar-benar bergetar kali ini.
Tak ada kata dari Otniel dan perbuatannya pun tak melebihi dari itu. Ia juga melepaskan cengkraman tangannya yang telah membekas di tangan Aurora. “jadi apa lo masih suka sama gue?” tanya Otniel dengan enteng, seolah tak terjadi sesuatu.
Walau agak syok dengan perlakuan Otniel, namun ia tetap akan maju terus. “Gue akan tetep suka sama lo.” Jawab Aurora mantab setelah mengumpulkan keberaniannya. “Karena gue tau, lo bukan orang yang jahat.” Jawab Aurora.
Otniel kaget dengan pernyataan Aurora barusan. Ia hanya menggelengkan kepala, ko ada ya cewek yang bodoh kayak gini. Batin Otniel. “Terserah lo deh.” Ucap Otniel. “Ayok gue anter lo pulang deh.”
Aurora tersenyum senang.
“jangan GR lo. Gak mungkin gue ngebiarin lo pulang sendiri.” Ucap Otniel menjelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman diantara mereka.
Aurora trsenyum,"iya, gue tahu ko. Lo gak perlu ngejelasin lagi.” Ucap Aurora sambil tersenyum senang.
Otniel pun berjalan dengan cool di depan Aurora. Aurora harus sedikit berusaha mengejar Otniel, karena langkah kakinya yang panjang.
Keesokan harinya, Aurora benar-benar bekerja di cafe temapt Otniel bekerja. Rekan-rekan Otniel yang emang cowok semu kaget, terlebih lagi Otniel. Ia juga sangat kaget. Karena Aurora menanggapi dengan serius perkataannya.
“Enak, ya. Kerja di temenin ama pacar.” Goda rekan Otniel sekaligus sahabat Otniel, Danu.
“Monyet, lo pikir gue gak profesional.” Maki Otniel dengan candaaan. “Gue yakin, bentar lagi juga dia bakal keluar ko dari cafe ini.” Ucap Otniel yakin 100%
“jangan pernah ngeremehin cewe, man,,,” Nasahat Danu.
“Lo liat aja tuh...” ucap Otniel samnbil menunjuk Aurora yang tengah melihat kukunya...
Aurora melihat kuku-kukunya setelah ia mencuci piring. “oh, my god. Kuku gue,,,” Keluh Aurora melihat kukunya yang terlihat sangat tragis.
“Kenapa? Udah nyerah lo, kan.” Ucap Otniel dari belakang Aurora.
Sontak, Aurora langsung melihat ke arah sumber suara. “Gak, gue bakal tetep bertahan. Gue bakal buktiin, kalo gue bukan cewek yang manja.” jawab Aurora dengan penuh keyakinan, namun tetap melihat kukunya yang mulai berpatahan.
“Ok, gue mau liat, seberapa tahan lo kayak gini.” Ucap Otniel dengan mantab dan yakin bahwa Aurora akan keluar dari pekerjaannya sebentar lagi. “dan sekarang lo harus ngelayanin tamu-tamu yang ada disebelah sana.” Tunjuk Otniel pada beberapa cewek yang berada disudut.
“Ok, siapa takut.” Jawab Aurora yang menerima tantangan dari Otniel.
Aurora berjalan sambil membawa buku menu untuk tamu yang akan ia layani. Namun saat ia tengah berjalan, ia tersandung oleh kaki seseorang yang dengan sengaja agar Aurora terjatuh.
Kontan saja semua pengunjung cafe menertawainya, termasuk rekan-rekan Otniel, namun Otniel tidak termasuk orang yang menertawai Aurora.
“Eh, sengaja banget si, mbak...” bentak Aurora marah.
Yang di bentak malah berdiri. “Lain kali kalo punya di pake juga donk. Jangan Cuma kaki lo aja yang lo pake. Dan satu hal lagi, lo bisa gue aduin sama bos lo biar lo dipecat. Sadar diri donk kalo Cuma pelayan cafe.” Ucapnya dengan nada melecehkan.
Saat Aurora akan berbicara, saat itulah Otniel datang untuk mencegah apa yang akan dikatakan Aurora lagi.
“Kami minta maaf.” Ucap Otniel yang langsung menunduk dan memaksa tubuh Aurora untuk menunduk juga. “Aurora adalah pelayan baru disini, jadi dia kurang mengerti akan pelayanan di cafe ini.” Tambahnya dengan rasa hormat yang justru membuat Aurora semakin marah.
“Oh, gak apa-apa kok.” Ucap cewek itu dengan lembut, luluh akan sikap Otniel y ang lembut dan penuh perhatian.
Otniel tersenyum, dan itu membuat para gadis jadi meleleh. “Dan sebagai bentuk rasa penyesalan kami, kami akan mentraktir apa pun yang Anda pesan.” Ucap Otniel yang langsung diiyakan oleh cewek tersebut.
Sesampainya di dapur, Aurora marah-marah dan protes terhadap apa yang barusan Otniel lakukan.
“Heh, lo tu bodoh banget si. Udah jelas-jelas cewek tadi itu yang salah. Kenapa harus gue yang minta maaf?!!” Bentak Aurora dengan berang.
Otniel hanya menarik nafas. “Itu karena tamu adalah raja. Semua yang dikatakan oleh Tamu adalah perintah untuk kita yang hanya sebagai pelayan Cafe. Dan ingat motto cafe ini, melayani tamu sebagai Raja. Lo harus banyak belajar lagi kalo masih pengen kerja disini.” Ucap Otniel panjang lebar yang justru membuat Aurora merasa ini semakin tidak adil.
Kalo emang tamu adalah Raja, kenapa gue gak diperlakuin kayak cewek tadi??? Tanya Aurora dalam hati. Ingat akan perlakuan Otniel saat pertama kali ia menjadi pelanggan kemarin.
Saat Aurora akan protes lagi, ia malah melihat Otniel tengah asik ngobrol bersama cewek tadi. “Dasar cewek gak cowok sama aja.” Ucap Aurora dengan kesal.
“Tapi lo suka kan,,,” ucap Danu yang mendengar apa yang dikatakan oleh Aurora barusan.
“Haahh,,,, suka si suka, tapi kalo Otniel cuek mulu, kapan gue bisa PDKTnya ama Otniel.” Keluh Aurora lagi.
“Hallaaahh,,,, baru segitu aja lo udah nyerah. Mental tempe, Otniel gak suka ama cewek yang kayak gitu. Ya lo harus terima la, Otniel tu pelayan favorit disini.” Jawab Danu. “Semanagat donk,,,” Tambahnya memberi semangat pada Aurora.
“Makasi, ya,,,” ucao Aurora.
Danu mengacungkan jempolnya. “Jarang-jarang gue ngasi dukungan ama cewek yang ngejar-ngejar Otniel. Cuma lo doank.” Ucapnya Danu dengan bangga.
“Hallaahh,,, palingan juga lo bilang gitu ke setiap cewek. Iya, kan.” Tebak Aurora dengan senyum yang manis.
Danu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ot,,, tunggu...” pinta Aurora yang berlari kecil untuk mengejar Otniel.
Otniel melihat ke belakang sekilas, lalu ia berjalan kembali tapi memperlambat langkahnya. “kenapa si selalu ngikutin gue???” tanya Otniel setelah mereka sejajar.
Aurora tersenyum dan memandangi Otniel dengan berjalan mundur. “gue rasa gue beneran suka sama lo.” Ucap Aurora yang tidak menjawab pertanyaan Otniel. Aurora nampak sangat bahagia.
Otniel malah mendengus.
Aurora langsung menekuk mukanya. “Beneran, Ot...” ucap Aurora meyakinkan.
“Whatever you say, i don’t care.” Jawab Otniel yang malah mempercepat langkahnya.
“Iiihhh,,, lo harus tau, jadi lo bakal mikir ulang kalo ada cewek yang suka sama lo lagi. Karena lo udah punya gue.” Ucap Aurora memberikan alasan terbaiknya.
“Gini, ya. Gue udah bilang kalo gue gak tertarik sama lo.” Jelas Otniel.
“Gue yakin kalo lo juga masih punya perasaan.” Jawab Aurora dengan senyum yang tak pernah hilang di bibirnya. Dan, tiba-tiba Aurora memeluk Otniel.
“Apa-apaan si...” protes Otniel yang berusaha melepaskan pelukan Aurora padanya.
Dan Aurora melepaskan pelukannya dan tersenyum tanpa merasa bersalah. “Gue,,, sayang sama lo...” ucap Aurora lalu pergi meninggalkan Otniel dengan riang karena telah memeluk Otniel.
Otniel melihat Aurora sampai bayangannya hilang di telan malam. Ia tersenyum simpul. Lalu pergi menyusuri jalan yang sering ia lewati untyuk menuju istana kecilnya.
Sepanjang jalan Otniel terus saja tersenyum hingga tiba di rumahnya.
Otniel melihat beberapa orang berjas dan berdasi tengah duduk di terasnya. Cepat-cepat Otniel menghampiri mereka.
“Mau ngapain lagi si lo pada kesini?!” tanya Otniel dengan marah. “Gue kan pernah bilang, jangan kesini lagi. Gue gak mau semua orang tau siapa gue.” Tandas Otniel yang benar-benar sangat marah.
“Maaf tuan,,, tapi dengan sangat menyesal. Ini adalah perintah Nyonya besar.” Jawab salah satu dari mereka.
“Masuk.” Suruh Otniel lalu menutup pin tu dengan terburu.
“Nyonya berpesan agar tuan muda pulang. Karena nyonya sedang sakit keras tuan.” Ucap salah satu dari mereka yang sedari tadi ia terus berbicara.
“Allaaahhh,,, palingan ini juga akal-akalannya mama kan biar gue pulang. Gue udah tau banget watak nyonya kalian itu ya.” Jawab Otniel memilih untuk tidak percaya, walau sebenarnya hatinya juga bimbang. Antara ikut pulang atau tidak.
“Kalau tuan muda tidak percaya, tuan muda boleh memastikannya sendiri dengan ikut bersama kami. Jika ternyata hal itu tidak benar, maka kami akan mengantar tuan kembali kesini.” Jawab nya dengan diplomatis.
“Ok, gue akan memastikannya. Tapi gak sekarang. Besok gue harus kerja, pulang dari kerja gue bakal pulang untuk liat nyokap gue.” Jawab Otniel dengan nada biasa kembali, tidak dengan emosi yangh meluap seperti tadi.
“Baiklah, kalau begitu kami permisi tuan.” Ucap orang-orang itu lalu semuanya menunduk bersamaan sebagai tanda hormat mereka kepada tuan mudanya.
“Ya, kalian berhati-hati lah. Dan jangan terlalu menimbulkan kecurigaan kepada tetangga. Ingat itu.” Pesan Otniel yang tumben-tumbennya bersikap lembut kepada orang suruhan orang tuanya.
Ketua mereka pun tersenyum melihat Otniel yang untuk pertama kalinya tersenyum dan memberikan pesan kepada mereka. Mereka pun pergi dari tempat itu dengan tidak menimbulkan kecurigaan.
Sedari pagi Otniel terus melihat ke arah pintu. Entah tamu mana yang ia cari. Setiap pintu terbuaka, Otniel pasti melihat ke arah pintu untuk memastikan siapa orang yang datang. Namun tetap saja, setiap orang yang masuk dan keluar selalu mebuatnya kecewa. Hal iotu terlihat dari wajahnya yang sedari tegang.
“lo nyariin siap si, Ot???” tanya koki pembuat kopi. “dari tadi celingukan mulu. Perasaan lo gak pernak kayak gini swbwlumnya.” Tambahnya lagi engan tingkat penasaran yang tinggi.
“Dia itu lagi nyariin doi, man. Dari tadi kok gak dateng-dateng.” Sambung Danu yang faham betul sifat Otniel. “Eh, tapi ngomong-ngomong si Aurora kemana, ya. Giliran di cariin gak dateng, kalo gak dicariin pasti nongol mulu tanpa di undang.”
“Oh, jadi lo dari tadi celinguk sana-sini nyariin Aurora?!?!?!?!” ucap kokinya. “Bilang donk,,, si Aurora izin tadi pagi-pagi banget. Katanya...”
“Dia kenapa?” tanya Otniel yang langsung main sambar aja.
“Noh, kan ketahuan...” goda Danu sambil mencolek Otniel.
Kokinya hanya mengangkat bahu. “Katanya si dia ada urusan keluarga gitu. Tapi gak jelas juga soalnya dia buru-buru tadi.” Jawab kokinya menambahkan.
“Gimana, si. Mau kerja tapi setengah-setengah.” Rutuk Otniel agak kesal.
“ada yang ngerasa kehilangan tu.” Tambah Danu yang tak henti-hentinya menggoda Otniel. “udah deh, Ot. Gak usak sok gelisah. Katanya lo gak suka, tapi ko malah gelisah gitu.” Tambah Danu, masih dengan senyum menggoda.
“Berisik lo pada.” Jawab Otniel lalu pergi ke luar.
Sesampainya di luar, Otniel baru akan menelfon setelah teringat sesuatu. “Gue kan gak punya nomornya.” Ucap Otniel dan memasukkan kembali Hp-nya ke saku celananya. Tak lama, ada nada sms.
Dari nomor yang gak di kenal. Biasanya Otniel akan langsung menghapusnya, tapi begitu membaca sms tersebut,,,
OTNIEL,,,, gue kangen banget sama lo.
Miss u,,,
J
Aurora
Otniel tersenyum membaca pesan singkat tersebut. “Miss u too.” Jawab Otnel dalam hati. Lalu kembali ke Cafe.
Sementara itu,,, terlihat sosok gadis yang tengah duduk bersantai beberapa orang. Dan bisa dibilang sebenernya mereka beda generasi. Dengan kacamata nya yang tebal, rambut kepang dua, dan poni yang menutupi keningnya bagai poni selamat datang. :p
Oh, iya. Dan gak lupa giginya yang berpagar. Yaahh,,, walaupun agak sedikit jadul, namun hal itu tidak mengurangi inner beauty-nya yang belum terlihat. Hahahaha
“Jadi, ini yang namanya Aurora?” tanya salah seorang wanita dengan senyum yang anggun menghiasi bibirnya.
Aurora tersenyum dengan penuh hormat kepada wanita yang sudah bisa di bilang sebagai nenek. “Benar, Nek.” Jawab Aurora.
“Cantik,,, lalu bagaimana dengan kuliah mu.” Tanya seorang wanita yang ada di sebelah nenek itu.
“baik, sekarang lagi sibuk nyusun.” Jawab Aurora, lagi-lagi dengan senyum itu. Lo pikir gue itu manusia jaman purba kala yang gak sekolah. Rungut Aurora dalam hati.
Wanita tersebut mengangguk dan tersenyum tipis pada yang lain. Termasuk orang tua Aurora.
“dimana dia???” tanya nenek tersebut pada wanita yang di sebelahnya.
“Aku sudah berusaha mengajaknya semalam, Bu. Tapi dia menolaknya.” Jawab dengan sedikit merajuk.
“Dasar, kenapa aku bisa memiliki menantu seperti mu, hah.” Geram nenek tersebut. “Berikan padaku telfonnya.”
Menantunya memberikan Hpnya dengan setengah hati.
Nenek mengambilnya sambil mendengus geram ke arah menantunya. “Sebentar, ya semua.” Pamit nenek lalu pergi ke tempat yang agak sepi.
“hei,,, cucuku,,, kenapa kau tidak datang.” Semprot neneknya begitu hp’y di angkat.
“aku sudah di rumah, nek. Katanya ibu saklit. Jadi aku ke rumah. Tapi gak siapa-siapa disini. Kalian pergi kemana???” tanya cucunya ini.
“siapa yang sakit. Memang ibu mu saja tu yang rebay, eh,, lebay...” jawab nenek. “ya udah,,, nenek tunggu direstoran kita, ya.” Ucap neneknya dan langsung mematikan hpnya.
Sementara yang di telfon...
“Haahh,,, nenek,,,” gerutu Otniel sambil menekan Hpnya dan memasukkannya ke celana...
Oh, my God. He is Otniel? But is very diffrent. Pasti gak akan ada yang percaya kalo itu Otniel. Dengan celana beludrunya dan jas yang sedikit formal. Tapi memang formal. Dan satu lagi,,, kacamata.
Apa-apaan ini??? Penulis ak ada rencana kayak gini.